Laman

Kamis, 29 Oktober 2015

Cerita Om Hasan.. Sebuah Catatan Ringkas untuk Roman "Atheis"

Pernahkah Tuan2 dan Nyonya2 membaca novel roman “Atheis”? Buah karya Achdiat K Mihardja. Namun ini, memutar memory sy ketika masih di sekolah dulu, sy pernah mendapat tugas dari guru Bahasa Indonesia untuk mengomentari novel ini, jujur waktu itu agak susah untuk faham isi dan konteks dari novel ini. Selain memang waktu itu saya ndak suka baca, lagipula novel2 seperti ini sangatlah membosankan, alur yang membingungkan --bagi saya yang tak pintar2 amat ini--, tidak pula bergambar dan serta pula layout-nya yang tidak begitu menarik.
 
Novel ini rampung ditulis sekitar tahun 1949, dimana ketika itu dinamika dan perdebatan dan pertentangan ideologi sebuah negara (Indonesia) yg baru saja lahir ini masih saja hangat diperbincangkan. Kalangan Nasionalis tak kunjung bertemu kata sefaham dengan kalangan Islamis dalam memadang arah negara, pun begitu juga terhadap kaum Komunis yang ketika sedang berdaun muda seperti di musim semi juga menimpali...

Komunisme menggerus benak manusia di negeri2  timur dan di barat, bumi belahan utara dan selatan khatulistiwa. Termasuklah negeri2 yang masyarakat nya masih memegang teguh agama, seperti Indonesia ketika itu.
Alkisah... si Hasan yang telah dan baru saja mendalami aliran mistik kebatinan Tarekat, dibuat tak berdaya oleh hujjah kawan2nya yg komunis, Si Roesli nan bersahaja dan kharismatik, Anwar nan antagonist, dan Kartini nan cantik jelita. Selanjutnya, oleh temannya itu pemahaman Hasan digiring dg cara berfikir madilog  (Materialism, dialectic, dan logic) oleh kawan2 nya, menghunus  di benak Hasan yang sebelumnyasebelumnya seorang Muslim  yang taat beribadah, berguru kebatinan tarekat dan sedang semangat pula mau menyebarkan ajaran itu, Om Hasan juga terdidik dg ilmu agama dari kecil, dari keluarga yg taat pula, sampai selanjutnya si Hasan mulai malas beribadah, bertentangan dengan orang tuanya sendiri wa akhirul kata, terpengaruh juga....

Tapi agaknya si penulis belum tuntas menjawab pertanyaan2 yang timbul. Atau bisa jadi mungkin si penulis juga tidak punya jawabannya sampai saat novel itu baik cetak dan terbit. Jawaban yang tentunya tidak mengambang dan bias. Jawaban yang tentunya mampu memuaskan akal dan menentramkan jiwa.
Ya sudahlah… mungkin si penulis sengaja membuat jalan ceritanya seperti itu. Mumbuka jalan pikiran sebebas2nya dan menyerahkan perdebatan di benak para pembacanya.
Tapi saya kok jadi kepikiran; Andai saja hidup sezaman itu mungkin saya sedikit banyaknya mungkin terpengaruh juga. Karena jawaban yg memuaskan akal dan menentramkan jiwa atas ideology komunisme yg telah saya fahami sekarang baru dikeluarkan oleh pengarannya kira2 3 tahun setelah novel ini selesai ditulis, itu pun masih dalam bahasa aslinya. Bahasa Arab dan baru ada terjemahannya kira2 dalam 2 dasawarsa ini.
Hmmmm…. andai saja di zaman sekarang masih ada orang2 seperti Om Hasan? Teeeerrrlaaaaluuu...[]

Kamis, 20 Juni 2013

Sisa Kejayaan Mangrove Jenggalu

Muara Jenggalu merupakan salah satu bentangan Mangrove yang tergolong luas di kawasan pesisir Bengkulu. Sebahagian besar (115.53 Ha dari 193.44 Ha mangrove yang tersisa di Kota Bengkulu) berada di Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Pantai Panjang Pulau Baai Kota Bengkulu. Konversi habitat menjadi salahsatu ancaman terbesar, mengingat pengurangan luas mangrove terus saja terjadi dari tahun ke tahun. Meskipun berada didalam Kawasan Konservasi namun kerusakan terbesar malah terjadi di dalamnya.
Mangrove Muara Jenggalu. Foto: Regen
Walaupun demikian, Mangrove Jenggalu masih menyisakan sedikit kejayaan. Formasi Hutan Mangrove masih bisa terlihat samar melawan laju deforestasi. Bagian terluar masih dijumpai formasi barisan Sonneratia sp dan formasi Rhizophora sp, bagian yang lebih dalam terdapat pula Bruguiera sp.dan beberapa spesies mangrove sejati dan ikutatan lain. Dibeberapa titik terbentuk spot kecil membuat sebuah komunitas mangrove yang terpisah satu dengan yang lain.
Setidaknya terdapat 7 delta yang membentuk komunitas mangrove yang terus bersuksesi. Delta yang terbentuk dari hasil sedimen ini merupakan salahsatu lokasi yang masih sedikit aman dari keserakahan manusia, walau dua diantaranya telah beralih fungsi menjadi Lapangan Golf dan kerambah ikan.

Senin, 20 Desember 2010

Pulau Mega, Adik Pulau Enggano

Pulau Mega berjarak sekitar 148 Km kearah barat Kota Bengkulu. Kira-kira jika diukur dengan jarak datar sama dengan jarak Bengkulu - Ipuh kearah utara atau Bengkulu - Tanjung Iman Kaur kerah selatan dan berjarak 185 km kearah selatan menuju Pulau Enggano. Pulau Mega adalah pulau terluar Indonesia yang terletak di samudra Hindia dan berbatasan dengan negara India.


Dimensi Pulau
Luas : 293.36 Ha
Keliling : 7.70 Km
Panjang 3.26 Km
Lebar terpanjang : 1.26 km
Lebar tersempit : 0.71 Km
Posisi : 4° 1′ 12″ LS, 101° 1′ 49″ BT




Topografi :

Pulau Mega berkontur landai dengan batuan berupa karang di beberapa bagian pantai terutama di selatan pulau. Setelah bencana Tsunami melanda, pulau Mega mengalami kerusakan lingkungan yang cukup parah. Terumbu karang terangkat hingga ke permukaan. Pohon pohon kelapa dan pohon lainnya masih terlihat berserakan di pesisir pantai.

Secara umum pantai pulau Mega berpasir putih dan halus. Hanya di bagian barat saja pasir kasar dengan batuan kecil dijumpai. Dasar pantai pulau Mega berupa karang dan lumpur.

Penduduk :

Pulau Mega tak berpenghuni, namun penduduk musiman datang dari Sikakap, pulau Pagai Selatan, Kepulauan Mentawai. Penduduk Sikakap datang untuk memetik kelapa dengan kopra sebagai produk turunannya.

Vegetasi :

V egetasi pulau Mega didominasi pohon Kelapa. Kelapa mudah ditemukan di setiap bagian pulau, terutama di pesisir pantainya. Selain itu, tanaman perdu dan palem ditemukan di pesisir dan bagian tengah pulau. Pohon Bakau hanya ditemukan di bagian selatan pulau.

Fasilitas Pulau :

Sarana bantu navigasi berupa mercusuar ditemukan di pulau Mega. Keberadaanya sangat memudahkan navigasi kapal yang sedang melintasi pulau ini. Lampu mercusuar berjalan dengan baik. Mercusuar dijaga oleh dua orang petugas.

Keadaan Pulau :

Letak pulau Mega terpencil, dengan akses yang sangat sulit. Berada di perairan Samudera Hindia, ancaman yang datang cukup banyak. Tanpa adanya petugas Marinir pulau terluar yang berjaga, Pencurian ikan bisa dengan mudah dilakukan oleh nelayan asing.

Perairan sekitar pulau Mega sering terjadi gelombang tinggi, kondisi ini membuat beberapa bagian pantai mengalami abrasi. Memperbanyak pohon bakau dan penahan gelombang harus segera dilakukan. Selain itu, petugas Marinir harus disiagakan di pulau ini.

(www.garisdepannusantara.org)

Walaupun Pulau Mega tak berpenghuni, namun perairannya sangat kaya dengan sumberdaya laut. Tak heran nelayan dari Sikakap, Pagai Utara, Nias menjadikan pulau ini sebagai tempat yang disukai nelayan. Tim Ekspedisi menemukan fenomena menarik di pulau ini. Akibat Tsunami, Di bagian barat pantainya, terumbu karang terangkat hingga daratan dan mengakibatkan luas Pulau Mega jadi bertambah. Hal ini harus dikaji lebih jauh oleh para ahli geologi dan maritim, mengingat ketika luas daratan bertambah maka memopengaruhi batas wilayah perbatasan laut Indonesia. (Deni R Sambas, 92pulau.com).

Di temukan pula 20 makam yang diduga merupakan makam nelayan yang mengalami kecelakaan. (DEPHAN BANGUN MERCU SUAR DI PULAU MEGA, www.dephan.go.id).

Tentu masih banyak cerita lain dari Pulau Mega yang belum terungkap. Apa ada yang mau mengantarkan saya kesana? [RRR]

Peta. TL_ASTER_date2004-07-19r
Gambar. Jelajah Pulau terluar, 92.pulau.com






Minggu, 19 Desember 2010

Enggano Conservation: Peta Proyeksi Enggano zaman Belanda 1726-1755

Enggano Conservation: Peta Proyeksi Enggano zaman Belanda 1726-1755: "Peta. Proyeksi Enggano 1726 - 1755 oleh Johannes van Keulen Peta dengan skala 1: 350.000 dibuat oleh seorang navigator belanda bernama Joh..."

Kamis, 16 Desember 2010

Kawasan Konservasi Pulau Enggano

http://enggano.blogspot.com/p/kawasan-konservasi.html